http://hrn07.blogspot.com
~Ashoka menghampiri wanita tua.
Wanita tua : “Kau pasti datang kemari untuk membunuhku. Kau juga memiliki pedang.”
Ashoka : “Maai(Nenek), aku memang punya tapi...”
Wanita tua : “Kau memanggilku nenek, tapi ingin membunuhku.”
Ashoka : “Apa yang Anda katakan? Aku Ashoka. Aku menemuimu untuk bertemu dengan putrimu. Kalu mengirimimu kereta.”
Wanita tua : “Kalu akan membusuk di neraka.”
Wanita tua itu mengelus wajah Ashoka. Ashoka menyerahkan koin pada wanita tua itu.
Ashoka : “Anda pernah memberikannya padaku.”
Wanita tua : “Ashoka...Kau kemari ingin membunuhku?”
Ashoka : “Aku memang punya pedang, tapi aku tidak datang untuk membunuh Anda.”
Wanita tua : “Bagaimana bisa kau...Kau berjiwa baik.”
Ashoka : “Apakah dewi Dharma tinggal disini?”
Wanita : “Aku pernah mendengar nama itu tapi aku tidak ingat siapa dia.”
Ashoka : “Cobalah untuk mengingatnya.”
Wanita tua : “Apa kau sudah makan sesuatu? Mari dan makanlah.”
Ashoka : “(bersin).”
Wanita tua : “Kau pasti menyusuri semak-semak. Ibumu pasti akan memelukmu jika dia masih hidup.”
Ashoka : “Ibuku memang masih hidup.”
~Dharma ingat apa yang dikatakan Chanakya, ia menguping.
Bindusara : “Apa yang kau(Charumitra)
katakan?”
Helena : “Sushima mencintai Ahankara tapi baginya Ahankara mengkhianatinya.”
Charumitra : “Dimana akan ada pernikahan, disana akan ada cinta.
Sushima emosional dan dia bisa gila (marah besar) tapi dia tenang. Dia
bisa memaafkan Ahankara.”
Bindusara : “Kita akan lihat, apakah Ahankara menerimanya atau tidak.”
Charumitra : “Pernahkah Anda melupakan cinta pertama Anda? Bagaimana bisa mereka nanti?”
Helena pada Charumitra : “Aku mengerti apa yang kau alami.”
Helena pada Bindusara : “Jika putri Ujjain menjadi menantu kita maka mereka (Ujjain) tidak lagi musuh. Itu solusinya.”
Dharma datang kesana.
~Wanita tua menyentuh pecahan wajah patung Dharma.
Wanita tua : “Dia sama, Dharma, dia sangat cantik, dia menikah dengan seorang raja.”
Ashoka : “Ya, raja dan dia telah mencarinya.”
Wanita tua : “Tidak, lindungi Dharma, jangan biarkan raja itu menemukannya.”
Wanita tua itu mulai berteriak.
Wanita tua : “Ada api digubuknya...!”
Ashoka : “Aku akan menyelamatkannya, tapi untuk itu aku harus tahu siapa yang ingin membunuhnya.”
~Dharma : “Akan ada pemujaan besok.”
Charumitra : “Yang Mulia sangat sibuk sekarang, pergi dari sini.”
Dharma pergi.
Charumitra : “Yang Mulia, pikirkan itu sekali lagi, Sushima bisa
melakukan segalanya. Aku yakin, setelah pernikahan, semua akan normal
kembali.”
Helena pada Bindusara : “Percayalah pada ibumu.”
Bindusara : “Aku percaya padamu, tapi tidak dengan Niharika. Aku akan
mengambil keputusan ini setelah bicara dengan Acharya Chanakya.”
Bindusara pergi, Charumitra dan Helena kecewa.
~Radhagupta : “Prajurit panglima Mir Khorasan sedang mencari dewi
Dharma dan dewi Dharma tidak siap untuk pergi dari sini, apa yang akan
kita lakukan sekarang?”
Chanakya memberikan contoh : “Seorang
penjelajah datang ke padang pasir tapi ia melihat air danau disana, ia
berlari menghampiri itu tapi ketika ia tiba, disana tidak ada apa-apa,
itu tidak benar-benar ada namun hanya imajinasinya, ia tersesat dan
tidak bisa menyadari jalan kembali ke rumahnya, kita harus membuat Mir
tersesat, dia akan melihat Dharma.”
Chanakya menunjukkan cincin milik Dharma pemberian dari Bindusara.
Chanakya : “Cincin ini akan membawa Dharma keluar dari sini.”
Prajurit datang.
Prajurit : “Angraj telah tewas, kami tidak bisa menemukan keberadaan Ashoka.”
Chanakya : “Keselamatannya adalah yang utama, cari Ashoka.”
Chanakya berpikir “Semua akan di Samar Khan, salah maksudnya disamarkan, wokwok.”
Chanakya melihat singa (jelmaan Chandragupta) dan mengatakan “Untuk
masa depan yang baik, masa akan membuka dengan bukti-bukti.”
~Ashoka pada wanita buta : “Aku seorang prajurit, aku tidak ingin sesuatu terjadi pada dewi Dharma. Beritahu aku tentang dia.”
Wanita tua : “Beberapa tahun silam, prajurit datang ke rumah Dharma
ketika dia hamil, dia berlari ke dalam rumahnya dan bersembunyi. Mereka
membakar rumahnya dan berpikir Dharma sudah mati tapi dia masih hidup
dan melahirkan putra di tengah-tengah kobaran api.”
Ashoka : “Dimana putranya sekarang? Dimana putranya?”
Wanita tua : “Dia...”
Ashoka : “Beritahu aku.”
Wanita tua itu jatuh pingsan tiba-tiba. Ternyata dia dipanah.
Ashoka : “Nek, bangun...”
Namun wanita tua itu tidak bangun.
Ashoka mendengar ada yang datang dan lari, ia bersembunyi.
Orang-orang datang, salah satu dari mereka mengatakan “Seseorang ada disini, tapi dia telah lari.” Mereka pergi.
Ashoka keluar dan memeriksa wanita tua, Ashoka mengatakan “Bagaimana?
Ini tidak mungkin, aku tidak dapat menemukan jawabannya, aku akan
mencoba untuk menemukan kebenaran yang terjadi.”
Dia melihat koin emas, Ashoka mengambilnya dan mengatakan “Orang yang sama, yang melakukan itu pada ibuku dan dewi Dharma.”
~Keesokkan paginya, pooja dimulai.
Subrasi : “Apa ada yang kurang?”
Pandit : “Tidak.”
Dharma keluar, Bindusara datang, Pandit memberinya salam hormat.
Mir pada Helena : “Hari ini semua pelayan hadir disini, jika Dharma ada
salah satu dari mereka maka dia akan ditangkap, jika kau menyayangi
seseorang maka kau tidak bisa melihat dia kesakitan, hari ini Bindusara
akan terluka dan Dharma akan berteriak.”
Nicator : “Kita bisa tertangkap jika kau mencoba untuk menyerang Bindusara dan wanita itu tidak akan datang.”
Helena : “Kita bisa mencoba.”
Noor : “Aku akan menyukainya untuk melihat Bindusara kesakitan tapi bagaimana ayah akan melakukannya?”
Mir : “Aku telah menambahkan bahan kima beracun di kund havan jadi
ketika Bindusara akan menyalakan api dan menempatkan minyak didalamnya
itu hanya akan menyakitinya, jika ada pelayan yang berteriak melihat
Bindusara terluka maka aku yakin bahwa dia adalah Dharma, aku telah
mengirim prajuritku kesini.”
ARTIKEL TERKAIT Sinopsis ABAD KEJAYAAN