http://hrn07.blogspot.com
Syamak sedang memegang pedangnya seraya berkata "Aku akan merasa bangga
jika aku menumpahkan darahku untuk menjadi Ksatria. Untuk mengikuti
jejak nenek moyangku Yang Agung yang darahnya mengalir dalam pembuluh
darahku." Helena mendengar ini, ingat bagaimana ia membuat Justin
mempelajari kata-kata itu ketika Justin masih kecil. Helena menangis dan
mendekati Syamak. Syamak terkejut melihatnya, Helena duduk berlutut
didepannya lalu memeluknya dan menangis. Tak lama setelah itu, Helena
melepaskan pelukannya, Syamak menghapus air matanya. Syamak bilang
"Jangan takut...Aku pernah merasakannya. Aku tidak bisa percaya bahwa
tangan yang mengajarkan aku untuk bertarung bisa membunuhku. Jangan
khawatir, aku bersamamu, Aku akan merawatmu." ia memeluk Helena, Helena
menangis dalam pelukannya.
(Ya Allah...Terharu
mimin
kepolosan Syamak itu lho, Ya Allah... sambil ngetik aja mimin udh meneteskan air mata... Apalagi nonton scenenya
)
Ashoka menemui Dharma dan memeluknya.
Dharma : "Apa yang terjadi?"
Ashoka : "Aku ingat waktu ketika aku berpikir aku akan kehilangan ibu."
Dharma terkejut dan melepaskan pelukannya.
Dharma : "Mengapa kau berpikir seperti itu?"
Ashoka : "Mudah untuk memilih antara yang baik dengan yang buruk tapi
bagaimana memilih antara yang baik dengan yang baik? Hari ini aku
menyadari bahwa Yang Mulia telah memberikan Ahankara tempat tinggal tapi
dia dikurung di sini, dia tidak memiliki izin untuk bertemu ibunya,
keputusan Yang Mulia itu baik sehubungan dengan politik tetapi jika
Ahankara tidak bersalah lalu mengapa dia harus mengalami semua ini?
setelah kematian ayahnya, ibunya pasti akan membutuhkannya."
Dharma : "Ketika kau bingung maka turuti apa kata hatimu. Pikiranmu
bisa dipengaruhi oleh kemarahan tetapi hatimu selalu memberitahumu apa
yang benar dan baik bagi orang lain."
Ashoka : "Aku akan membuat Ahankara bertemu ibunya, aku akan berbicara dengan Yang Mulia." dia pergi.
Dharma : "Aku berdoa agar kau tidak kehilangan diri sendiri dalam permainan politik."
Helena menemui Bindusara, Chanakya juga ada disana.
Helena : "Aku ingin mengatakan sesuatu."
Bindusara memintanya untuk maju, Helena tegang.
Helena : "Aku memiliki satu permintaan. Aku paham dengan apa yang kau
lalui. Aku telah melihat ketakutan di mata isterimu dan anak-anakmu. Apa
yang terjadi adalah salah, tapi aku adalah ibu kandung Justin dan
bagaimana aku bisa melihat putraku mati."
Bindusara : "Aku juga
saudaranya. Aku telah mengambil keputusan ini untuk melindungi Magadha,
aku merasa sakit hati juga, aku tidak merasakan rasa sakit ini ketika
aku diserang sebelumnya. Aku mengerti rasa sakitku, tapi tidak didepan
kalian, aku tidak bisa membayangkan bagaimana memalukannya untuk menjadi
ibu dari seorang pengkhianat. Ia merencanakan semua ini dan kau tidak
mengerti apa-apa? Dia bukanlah kakak yang baik, dia juga bukan anak yang
baik, ia telah melakukan kejahatan yang besar dan kau ingin aku
memaafkannya? Dia pasti akan mendapatkan hukuman mati."
Helena :
"Tidak, pertama dengarkan aku, aku ingin memberikan kematian kepada
orang yang telah aku lahirkan, aku ingin membunuh Justin, aku ingin
menghukum dia sehingga orang akan tahu bahwa bahkan meskipun aku Ibu
Justin tapi aku adalah ratu dan istri Yang Mulia Chandragupta dan ini
adalah rumahku dan jika seseorang mencoba untuk main-main dengan hal itu
maka aku tidak akan memaafkannya bahkan jika ia putraku sekalipun."
Ashoka tertegun mendengar ini.
Helena menangis, Bindusara bangkit dari singgasananya. Bindusara
melipat tangannya dan mengatakan "Aku minta maaf karena meragukanmu,
tetapi kau telah membuktikan hari ini bahwa kau bukan ibu tapi malaikat,
tidak ada yang bisa mencintai Magadha lebih dari kau, ibu. Kau adalah
contoh bagi semua ibu."
Sambil berjalan dan Ashoka mengatakan
"Aku telah belajar tentang ibu yang melindungi anak-anak mereka, siap
untuk disalahkan demi anak-anak mereka tapi apa yang aku lihat hari ini?
Helena siap untuk membunuh anaknya? Aku pikir ini bukan waktu yang
tepat untuk berbicara dengan Yang Mulia, baginya Ahankara adalah putri
pengkhianat, jika aku berbicara dengannya sekarang maka ia akan lebih
memperketat keamanan nya tetapi bagaimana aku bisa membiarkan Ahankara
seperti ini? Aku harus membuat Ahankara bertemu ibunya bagaimanapun
caranya."
Bindusara datang ke penjara untuk bertemu Justin, Justin tertegun melihatnya.
Bindu ; "Aku telah belajar bagaimana untuk memenangkan sebuah
peperangan darimu, kakak seperti ayah, aku bangga punya kakak seperti
dirimu lalu bagaimana semua berubah tiba-tiba? Kita selalu makan bersama
di satu piring yang sama."
Justin ingat bagaimana di masa kecilnya
ia memberikan Bindusara makanan dan bagaimana Helena justru memarahi dia
karena memberikannya pada Bindusara.
Bindusara : "Bagaimana cinta
kita berubah menjadi kebencian? Aku mencoba untuk menemukan jawaban tapi
tidak bisa, seorang kakak yang rela mempertaruhkan nyawanya untuk
menyelamatkan adiknya tapi sekarang siap untuk membunuhnya? kau tidak
berpikir tentang ibumu? kau menghancurkan semuanya dalam sekejap, jika
kau meminta padaku maka aku akan memberikanmu tahtaku, aku telah banyak
kehilangan karena semua ini."
Justin : "Hebat. Kau ingin memberikan
tahta sebagai amal? Katakanlah hal ini kepada seseorang yang menghargai
itu. Aku siap untuk mati dengan kepuasan bahwa mungkin aku tidak
berhasil mengambil tahta tapi aku telah mengguncang pemerintahan Anda,
dan Anda adalah seorang raja yang lemah dihadapan orang dan ini adalah
kemenanganku."
Bindusara : "Aku merasa kasihan mendengarkan
perkataanmu, hukuman mati akan dipastikan, tapi aku meyakinkanmu bahwa
aku tidak akan memiliki perasaan benci padamu, aku memaafkanmu untuk
semua yang selama ini kau lakukan kepadaku. Ini bukan karena kau layak
mendapatkannya tetapi aku memiliki hak untuk hidup damai." dia pergi,
Justin sedih.
ARTIKEL TERKAIT Sinopsis ABAD KEJAYAAN