http://hrn07.blogspot.com
~Dhrupath menanyakan para pelayan mengenai nama, anak dan kehidupan mereka. Dharma menjadi tegang.
~Mir datang untuk menemui Niharika, Ashoka mengikutinya. Mir bicara
dengan Niharika, Ashoka mencoba untuk mendengarkan dari jauh namun tidak
bisa. Mir keluar dari tenda dan Niharika juga keluar dengan membawa
bayinya yang baru lahir. Niharika mengangkat bendera putih menunjukkan
menerima perdamaian. Ashoka merasa senang dan mengatakan “Kepercayaan
ibuku telah menang hari ini.” Ashoka datang kesana bersama Ahankara,
Niharika menjadi emosional (haru) melihat putrinya. Ahankara menangis
bahagia, ia menangis melihat Ashoka dan memeluknya dengan erat, Ashoka
tertegun, Semua melihatnya. Ashoka mengatakan “Perang telah dihentikan,
pergilah pada ibumu. Dia telah menunggumu.” Ahankara melihat ke arah
ibunya, ia memanggilnya. Ahankara berlari dan memeluk ibunya. Kemudian
ia menggendong adik laki-lakinya itu dan menciumnya. Niharika melihat ke
arah Ashoka.
~Syamak dan Dhrupath menanyakan para pelayan
mengenai mereka. Kemudian mereka menghampiri Dharma, Dhrupath bertanya
“Siapa namamu?” Dharma menjadi tegang. Dhrupath kembali bertanya “Kau
punya putra? Siapa namanya?” Noor memintanya untuk menjawab. Prajurit
datang dan mengatakan “...Ada kabar baik. Ratu Niharika telah setuju
untuk bicara damai. Ashoka telah membuatnya setuju untuk itu dengan
menempatkan hidupnya dalam bahaya.” Syamak mengatakan “Dia sulit
dipercaya.”
~Niharika datang ke istana Magadha. Sementara itu
Ashoka datang untuk menemui Dharma, Dharma tersenyum dan memintanya
untuk datang, Ashoka datang dan memeluknya. Dharma mengatakan “Aku
bangga padamu.” Ashoka berkata “Jangan katakan apapun, biarkan aku
memelukmu.”
~Niharika disambut oleh Bindusara. Bindusara
berterima kasih padanya karena mau bicara damai. Niharika berkata “Aku
menerima pembicaraan damai bukan berdamai.” Kemudian ia melihat ke arah
Chanakya dan mengatakan padanya “Aku sudah mendengarkan banyak tentang
dirimu.” Chanakya mengatakan “Itu bagus jika kita bertemu dalam situasi
lain.” Niharika berkata pada Helena “Kami telah mendengar bahwa kau
sangat cantik, sekarang kami mendengar bahwa kau adalah ibu yang
membunuh putranya sendiri.”
Bindusara : “Kau melewati batasanmu tanpa aturan. Jika kami jadi berperang maka pasti kami akan menang.”
Niharika : “Itu akan di putuskan hanya di medan perang. Jika prajuritku
gugur dalam perang maka kau akan mendapat akibatnya juga.”
Bindusara : “Perang Maurya hanya terjadi untuk menegakkan keadilan, kami
tidak ingin menambah masalah orang lain. Kami ingin damai.”
Niharika : “Ketika ketidakadilan saja tidak ada maka bagaimana bisa
datang perdamaian? Aku bersedia untuk berdamai tapi aku punya dua
masalah. Pertama aku ingin upacara pengkremasian suamiku ala kerajaan
bukan pengkhianat.”
Bindusara menyetujuinya.
Niharika : “Kedua,
aku menginginkan keadilan sepenuhnya. Aku ingin semua konspirator
ditangkap, dia adalah orang yang sama yang meracuni pikiran Justin dan
suamiku. Aku ingin kau menghukumnya sama seperti yang kau lakukan
terhadap suamiku.”
Bindusara : “Siapa dia?”
~Dharma :
“Sebanyak apapun usahaku untuk menjauhkanmu dari masalah, masalah justru
menjadi lebih banyak. Aku hanya berdoa untuk keselamatanmu.”
Ashoka : “Aku telah mengatur semuanya dengan damai. Sekarang tidak akan ada perang yang akan terjadi.”
Dharma : “Kau telah menyelamatkan Magadha.”
Ashoka : “Karena ibu telah menunjukkan jalannya padaku. Tapi aku harus pergi sekarang.”
Ashka mengambil restu darinya, Dharma merestui, setelah itu Ashoka pergi.
Dharma : “Ketika kau mengetahui kebenarannya maka aku tidak tau apa yang akan terjadi padamu.”
~Bindusara meminta Niharika untuk menyebutkan nama orang itu.
Niharika : “Kau sangat mencintainya lebih dari siapapun, kau tidak akan mempercayaiku. Tapi bacalah nama pengkhianat itu.”
Bindusara menerima catatan dari Niharika dan ia membacanya. Bindusara terkejut.
~Flashback.
Mir : “Kau tidak akan mendapat apapun dari perang ini, kau akan kalah dari Bindusara.”
Niharika : “Jika kalian percaya akan kemenangan kalian lalu untuk apa rajamu menawarkan pembicaraan perdamaian?”
Mir : “Hanya perdamaian yang akan membantumu. Jika kau melakukan apa
yang kukatakan maka kau mendapat kesempatan untuk balas dendam dan
perdamaian akan terjadi juga. Aku datang kemari membawa pesan dari ibu
suri Helena. Kau kehilangan suamimu dan dia kehilangan putranya. Dia
ingin membantumu, kau bisa balas dendam pada Bindusara. Ketika Bindusara
sedang berduka dia akan sangat berduka jika hal yang paling berharga
direnggut darinya. Dengan begitu kita telah membalaskan dendam pada
Bindusara. Setelah insiden itu, ia tidak akan mampu membunuhnya.”
Flashback berakhir.
~Bindusara : “Ini tidak mungkin.”
Niharika : “Dia masih hidup, kau akan menemukannya.”
Helena : “Siapa dia? Beritahu aku namanya! Aku akan membunuhnya dengan tanganku.”
Niharika : “Tidak. Bindusaralah yang harus membunuhnya dengan tangannya sendiri.”
Helena : “Siapa dia?”
Chanakya : “Jika kau tidak ingin memberitahu namanya di depan semua orang maka kita bisa bicarakan secara pribadi.”
Niharika : “Kenapa secara pribadi? Dia adalah pengkhianat, namanya
harus diketahui oleh semua orang. Orang yang dicintainya (Bindusara)
terlibat dalam kasus pengkhianatan dan Bindusara tidak bisa berbuat
apa-apa?!” kemudian ia meminta Bindusara untuk menyebutkan namanya.
Bindusara : “Aku tidak percaya padamu.”
Niharika : “Apa aku yang harus mengatakan bahwa istrimu lah yang telah merencakana konspirasi ini?”
Helena : “Ketiga istrinya telah merawatnya, mereka bisa berkorban nyawa untuknya.”
Niharika : “Aku bicara tentang istrinya yang kedua. Bindusara telah menikahinya dan itu dirahasiakan. Dia adalah.... DHARMA.”
Semua tertegun.
ARTIKEL TERKAIT Sinopsis ABAD KEJAYAAN