~Niharika pada Helena : “Bagaimana jika Bindusara tidak percaya padaku?”
Helena : “Ini bukan perkara mudah. Bindusara mencintai Dharma dan menerimanya sebagai pengkhianat bukanlah hal yang mudah. Tapi dengan rencana kita, kita telah membuatnya lemah. Saat kebenaran diragukan maka kita dapat menghancurkanny
Niharika : “Tujuanku bukan untuk menghukum Dharma tapi hanya untuk balas dendam. Aku ingin memenuhi keinginan terakhir suamiku dan itu adalah hak anak-anaknya atas tahta ini. Aku ingin Ahankara dan Sushima berhubungan.”
Helena : “Aku tidak ingin melihat tahta lagi, tapi aku akan segera bicara dengan permaisuri Charumitra.”
Helena memeluk Niharika dan tersenyum sinis.
~Dharma datang ke Mandir. Dharma berkata “Mengapa Yang Mulia mengalami banyak masalah? Aku tidak bisa mendatanginya untuk mendukungnya. Cobaan apa ini?” Ashoka datang dan nampak khawatir.
Dharma : “Apa yang terjadi?”
Ashoka : “Pertama jawab aku. Apakah cinta sejati seseorang bisa menipu? Atau berkhianat?”
Dharma : “Tidak. Cinta itu murni.”
Ashoka : “Itu artinya cinta Yang Mulia tidak menipunya. Ratu Niharika telah berkata bohong.”
Dharma : “Apa yang ia katakan?”
Ashoka : “Dia mengatakan bahwa semua konspirasi ini direncakan oleh istri kesayangan Yang Mulia yaitu dewi Dharma.”
Dharma sangat terkejut dan piring aarti jatuh dari tangan. Gummpriiyaangg.
Ashoka : “Apa yang terjadi padamu, bu? Aku akan pergi menemui Yang Mulia.”
Dharma : “Lindungi dia, jangan biarkan dia hancur.”
Ashoka mengangguk dan pergi.
~Bindusara menemui patung Dharma. Bindusara dengan kecewa “Apa yang kau lakukan itu Dharma? Kenapa kau tidak datang menemuiku kalau kau memang masih hidup? Apa masalahnya hingga membuatmu tidak ingin untuk menemuiku? Tidakkah kau tau bahwa aku begitu menderitanya menanggung ini semua selama bertahun-tahun tanpa dirimu? Jika kau bersamaku, maka hari ini di pengadilan tidak akan ada yang berani menuduhmu. Aku tidak berdaya bahkan saat aku mengenalmu bahwa kau itu murni dan polos. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungimu. Maafkan aku.” Bindusara MEMBAYANGKAN Dharma mendatanginya, ia tertegun. Dharma tersenyum dan mereka saling tatap. Dharma kembali berkata “Bagiku, satu-satunya yang terpenting adalah apa yang kau pikirkan tentangku. Jika kau tidak meragukan niatku maka aku akan baik-baik saja. Kau tidak seharusnya berpikir tentang apa yang orang lain pikirkan mengenai diriku.”
Bindusara : “Pertanyaan-per
Dharma : “Kebenaran tidak memerlukan bukti dan bagaimana jika bukti-bukti itu tidak benar?”
Bindusara tertunduk dan berpikir, ia kemudian hendak melihat Dharma lagi namun imajinasinya sudah lenyap. Ia menatap patung Dharma lalu pergi.
~Radhagupta : “Mereka menimbulkan banyak pertanyaan mengenai dewi Dharma dan Anda tetap diam? Yang Mulia begitu sakit hati, kita tau kebenarannya lalu mengapa Anda tidak membela dewi Dharma? Jika Anda mengatakan kebenarannya, maka semuanya akan jelas. Tapi mengapa Anda diam, Acharya?”
Chanakya : “Aku mengambil semua langkah untuk melindungi Magadha. Aku curiga pada rencana Khorasan dan Yunani. Cara mereka menuduh dewi Dharma sebagai pengkhianat itu membuktikan bahwa mereka telah menyusun rencana. Aku bisa saja mengatakan bahwa dewi Dharma masih hidup namun dengan aku berbicara akan ada pertanyaan-pert
Helena : “Kau tidak bisa menyembunyikan luka dariku. Sangat sulit untuk mendengar kenyataan pahit ini. Cintamu tidak berkurang dalam semua ini untuknya. Bagaimana bisa seorang wanita membunuh banyak orang tak berdosa demi membalas dendam? Keluargamu hampir mati dalam insiden itu.”
Bindusara : “Tidak. Dia tidak bisa melakukan ini. Kekerasan bukanlah jalannya, bahkan setelah bertahun-tahun ia tidak bisa meninggalkan jalan perdamaian.”
Helena : “Aku mengenal wanita lebih darimu, ketika harga diri wanita di injak-injak maka dia sanggup melakukan apapun. MUNGKIN dia (Dharma) TIDAK datang kesini untuk balas dendam tapi dia pasti melihatmu bahagia bersama keluargamu dan dia tidak bisa menerimanya. Kau tidak dipaksakan untuk mempercayaiku, tapi kebenaran selalu pahit, lihat aku, aku yang melahirkan Justin, membantunya berdiri tapi aku tidak bisa mengerti niatnya. Kau dan aku tidak tau pemikirannya, itu sama dengan Dharma. Jika terjadi sesuatu (lagi) pada Magadha karena Dharma maka Magadha dan dinasti Maurya tidak akan mampu memaafkanmu, tidak Dharma. Dharma berharga bagimu tapi kau juga harus melindungi tanah airmu. Ini yang aku lakukan dan kau tidak boleh merusak pengorbananku.”
~Prajurit yang melihat Dharma mengarahkan seniman untuk melukiskan Dharma, seniman itu melukiskan Dharma sesuai arahan, Mir datang membunuh prajurit itu dan mengatakan “Sekarang Bindusara akan percaya bahwa Dharma tidak menginginkan ada orang yang mengambar lukisannya.”
~Ashoka menemui Bindusara dan melihat darah ditangannya.
Ashoka : “Bagaimana ini terjadi?” kemudian mengobati luka Bindusara.
Bindusara : “Aku membunuh patung itu. Aku berdoa padanya sebagai Dhamaku. Aku menghancurkanny
Ashoka : “Jika Anda merasa bahwa dia tidak bersalah maka jangan pikirkan orang lain.”
Bindusara : “Aku seorang raja, aku harus menjalankan tugasku. Aku tidak boleh memihak. Bagaimana jika aku tidak mampu memenuhi kewajibanku? Apa yang akan rakyat pikirkan tentang aku nanti? Dharma harus muncul dan dengan begitu aku akan mengambil jawaban.”
Ashoka : “Aku bisa membantu Anda untuk mencarinya.”
Bindusara : “Jangan. Dia adalah konspirator dimata masyarakat. Jadi prajuritlah yang harus mencarinya.”
Seniman datang dan berkata “Sebelum aku menyelesaikan gambaran dewi Dharma, seseorang telah membunuh prajurit yang telah melihat Dharma.”
Ashoka dan Bindusara terkejut.
ARTIKEL TERKAIT Sinopsis ABAD KEJAYAAN