Sinopsis Jodha Akbar Indonesia
Diistana Agra, Jodha menemui Salim dikamarnya “Salim,
mengapa kamu mengatakan tidak mau menerima gelar putra mahkota dari
Yang Mulia ?” Salim tertegun menatap Jodha yang kelihatan marah
kepadanya “Aku pikir Yang Mulia itu telah melakukan kesalahan padamu”,
“Jadi kamu mendukung ibu ?” Jodha tidak percaya menatap Salim “Iya, ibu
... apakah aku telah melakukan kesalahan ?” Salim merasa bingung dengan
perkataan Jodha “Salim, ketika orangtua bertengkar, lebih baik seorang
anak tidak memihak pada salah satu sisi, Yang Mulia ingin melihat kamu
menjadi seorang Raja, berjanjilah padaku bahwa dimasa mendatang, kamu
akan bertindak netral terhadap kami berdua, kamu tidak akan melawan Yang
Mulia, kamu tidak akan menghina kedua orangtuamu”, “Dari tanah yang
seperti apa hatimu terbuat Maasa (sebutan ibu dari bahasa kaum
Rajvanshi) ?” Jodha langsung terpana dan terharu mendengar Salim
memanggilnya Maasa “Apa aku tidak salah dengar ? Coba kamu ulangi lagi
Salim”, “Dari tanah yang seperti apa hatimu terbuat Maasa ?” Salim
mengulangi ucapannya, Jodha membelai kepala dan wajahnya “Ibu benar
benar tidak percaya bahwa kamu memanggil ibu dengan sebutan Maasa,
tolong katakan sekali lagi” Salim kembali mengulangi permintaan ibunya
“Maasa” kedua bola mata Jodha berkaca kaca dan menangis haru lalu
berkata “Ibu merasa terbang melayang mendengar kamu mengucapkan kata
itu, karena kamu biasanya memanggil ibu dengan sebutan Ratu, Mariam Uz
Zamani, Malika Hind dan lain sebagainya, dari semua sebutan itu yang
ingin ibu dengar hanya kata ini, Salim ... ketika kamu memanggil ibu
dengan panggilan Maasa dan kamu telah memenuhi harapanku ini, ibu selalu
dan tidak pernah berhenti berdoa pada Kahnaa tentang hal ini, hari ini
adalah hari terbaik untuk ibu, ibu telah mendapatkan kembali ibuku,
suamiku dan juga anakku yang telah kembali” Salim tersenyum sambil
memandang ibunya “Salim, kamu harus mengambil gelar putra mahkota” Salim
menganggukkan kepalanya “Ibu punya satu permintaan untuk kamu, jangan
merasa kesal dengan Yang Mulia, ayahmu itu sangat menyayangi kamu” pinta
Jodha sambil memegang bahu Salim “Kadang kadang aku tidak mengerti
pikiran Yang Mulia, kadang dia berbicara seperti seorang ayah tapi
kadang dia menjadi seorang raja tapi aku akan mencoba untuk berlaku baik
padanya demi ibu” Jodha sangat senang mendengarnya.
Sementara
itu dikamar Rukayah, Hoshiyar menyiapkan sebuah cambuk untuk Rukayah
dan berkata “Aku tahu anda pasti marah karena Yang Mulia Raja tidak jadi
menceraikan Ratu Jodha dan sepengetahuanku biasanya anda memukul saya
untuk melampiaskan kemarahanmu itu, maka ini saya bawakan cambuk ini
untuk anda, juga batu bara yang masih panas dan sebuah pisau” Rukayah
hanya diam saja sambil memperhatikan cambuk yang sudah disediakan oleh
Hoshiyar, dipegangnya cambuk itu dan diputar putarnya sebentar lalu
dilemparkan ke Hoshiyar, kemudian diambilnya batu bara yang masih panas
menganga dengan sebuah capit “Aku tidak akan menghukum kamu hari ini,
Hoshiyar karena aku tahu sebelumnya bahwa Jalal pasti merencanakan
sesuatu, dia tidak mungkin akan menceraikan Ratu Jodha dengan cara
seperti ini, ini bukan caraku jadi aku tidak akan sedih tentang
kegagalan ini” ujar Rukayah sambil berdiri membelakangi Hoshiyar “Doaku
sebenarnya adalah Salim dan aku tidak akan membiarkan kerja kerasku ini
gagal, saat ini Salim semakin lembut sama ibu kandungnya, maka sekarang
aku harus mengerjakan sesuatu yang membuat Salim membenci ibunya kembali
!” ujar Rukayah sambil tersenyum sinis
Keesokan
harinya diruang sidang Dewan - E - Khaas, Jalal akhirnya mengumumkan
Salim menjadi putra mahkota dan memakaikan Salim mahkotanya, semuanya
senang melihatnya, sementara Murad tidak suka melihat penobatan Salim,
semua orang yang hadir disana mengelu elukan nama Salim “Hidup pangeran
Salim ! Hidup pangeran Salim ! Hidup pangeran Salim !” sementara
pamannya Haidar yang melihat kegelisahan Murad dari kejauhan berusaha
mendekati Murad dan meracuni pikiran Murad “Aku merasa ada yang tidak
beres, pangeran Murad ... sebenarnya aku ingin kamu menjadi penerus raja
selanjutnya tapi takdir berkata lain” dilain sisi dibilik para ratu,
Jodha menangis haru melihat penobatan Salim “Kenapa kamu menangis Ratu
Jodha ?” Salima yang melihat Jodha menangis, merasa penasaran dengan
perasaan Jodha “Airmata ini adalah airmata kebahagiaan, Ratu Salima”
dari tempatnya berdiri Rukayah menatap Jodha dengan tatapan tidak suka “Kamu boleh saja melahirkan Salim, Ratu Jodha tapi dia adalah anakku dan aku tidak akan membiarkan kamu merenggutnya dariku !”
bathin Rukayah dalam hati “Ratu Salima, kamu tahu ... Salim telah
memanggilku Maasa (IBU), aku sangat bahagia sekali” Salima ikut
tersenyum begitu melihat senyum yang mengembang dibibir Jodha, sedangkan
Rukayah terkejut mendengarnya. Setelah penobatan Salim sebagai putra
mahkota, Abu Fazal memberikan sebuah informasi ke Jalal “Yang Mulia,
saya telah mendapat sebuah surat dari Saudi Arabia, sekarang rakyat kita
bisa pergi berziarah kesana” semuanya yang ada disana sangat senang
mendengarnya “Ini adalah kemenangan yang sebenarnya ! Sekarang
keluargaku dan rakyatku, keduanya terhindar dari bahaya apapun !” ujar
Jalal lantang, semua yang hadir disana senang mendengarnya.
Sementara
itu dihutan iblis, ibunya Laboni berkata “Tunggulah sampai malam itu,
Laboni ... dan Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad Akbar akan menjadi
milikmu !” ujarnya sambil tertawa terbahak bahak, sementara di istana
kerajaan Mughal, setelah penobatan Salim, Jalal sekilas melirik kearah
Jodha, mata mereka berbicara, Jodha menundukkan kepalanya sambil
tersenyum kearah Jalal, Jalal hanya menatapnya dengan penuh cinta.
Keesokan
harinya, Jalal sedang berjalan jalan dibalkon istana, dibawah tepatnya
diteras tengah halaman istana, dilihatnya keluarganya sedang berkumpul,
ada ibu, istri dan anaknya yang tercinta, Jalal menemui mereka, Jodha
langsung menyalami suaminya “Salam Yang Mulia” Maan Sigh yang melihat
kedatangan Jalal segera menghampirinya “Yang Mulia, saya mau minta maaf,
saya kira anda telah melakukan kesalahan” ujar Maan Sigh sambil
mengatupkan kedua tangannya didepan dadanya “Aku adalah pamanmu mulai
sekarang dan aku akan mengatakan padamu bahwa Ratu Jodha adalah istriku
dan tidak akan aku biarkan dia pergi kemanapun” ujar Jalal sambil
melirik kearah Jodha, Jodha tersipu malu mendengarnya “Jadi bagaimana
aku bisa membiarkan kamu pergi ? Kamu telah sangat setia padaku” semua
yang hadir disana tersenyum senang, saat itu Salim yang sedang memakan
manisan buatan neneknya berkata “Nenek, manisan buatanmu ini sangat enak
sekali”, “Kamu benar, Salim ... ibuku selalu membuat manisan yang enak”
ujar Jalal menimpali pembicaraan Salim dan neneknya “Ibu, jangan
menginterupsi pembicaraan mereka, Yang Mulia mengatakan hal yang sama ke
Salim kemarin, mereka selalu saling mengganggu ketika mereka sedang
melakukan pekerjaan yang sama” ujar Jodha dengan nada mengejek ke Jalal
“Jadi sekarang ibu dan anak perempuannya saling bersekutu kembali
rupanya ?” Jalal menggoda Jodha, Jodha segera menghampiri Hamida dan
memeluk Hamida yang saat itu sedang duduk dikursi “Mengapa tidak ?
Ketika ibu seperti ibu Ratu Hamida dan anak perempuan seperti aku ?
Semuanya bisa terjadi” ujar Jodha sambil terus memeluk Hamida, Hamida
hanya tersenyum melihat ulah anak dan cucunya, tiba tiba Jalal pura pura
sakit kepala “Aduuh, kepalaku sakit, apakah kamu bisa memijat kepalaku
Ratu Jodha ?” saat itu Salim memperhatikan Jalal, kemudian Jalal
memberikan kode agar Salim juga pura pura sakit kepala “Aduuh kepalaku
juga sakit, ibu bisakah ibu memijat kepalaku juga ?” Jalal menyeringai
senang “Sekarang kita akan lihat siapa diantara kita berdua yang akan
dipijat oleh Ratu Jodha, anaknya atau suaminya ?” Jodha jadi bingung mau
memilih siapa diantara kedua orang yang dicintainya itu “Jalal, jangan
suka menggoda anak perempuanku, aku akan memijat kepala anakku dan Jodha
akan memijat kepala anaknya” ujar Hamida sambil mendekat kearah Jalal,
kemudian menyuruhnya duduk dilantai, sementara Hamida mulai memijat
kepala Jalal, sedangkan Jodha juga mendekati Salim dan mulai memijat
kepala Salim, dari tempatnya duduk Jalal terus menerus memandangi Jodha,
Jodha juga melirik kearahnya dengan tatapan penuh cinta, tak lama
kemudian Moti datang menghampiri mereka “Jodha, hari ini kita akan
melakukan puja”, “Oh ya, ampun ... aku lupa, Yang Mulia, aku telah
mengatur puja untuk hubungan ayah dan anak, pujanya dilakukan pada malam
ini”, “Baiklah, kami akan melakukan puja itu, bagaimana Salim ?” Salim
menyetujuinya
Narator : “Pada malam itu juga,
Laboni dan ibunya juga sedang melakukan ritual ilmu hitam untuk
mendapatkan Jalal, dilain pihak Jodha sudah mengatur Kaal Sarkshavn
pooja, keduanya memutuskan melakukannya pada malam Kali Chagus”
Sementara
itu Dammu ibunya Laboni berkata pada Laboni “Waktunya hampir tiba,
Laboni, segera lakukan ritual ilmu hitammu !” Laboni mulai mengucapkan
mantra mantra sambil membakar menyan kearah lingkaran yang berisi
tengkorak manusia dengan api yang menyala nyala ditengahnya, dibantu
oleh ibunya yang juga ikut membacakan mantra mantra ilmu hitam. Dilain
pihak, dikuil Dewi Kaali, pendeta Badrinath sedang melakukan puja untuk
Jalal dan Salim, saat itu Jodha, Hamida dan Rukayah ikut mengantar
mereka, Jalal dan Salim mengenakan kain putih yang dililitkan disekujur
tubuhnya dengan bertelanjang dada, ketika sedang diadakan pemujaan, tiba
tiba Jalal seperti mendengar ada seseorang yang memanggil dirinya,
Jalal mencoba mencari cari suara tersebut sambil menengok ke kanan dan
ke kiri tapi Jalal tidak menemukan apapun, Jodha yang melihat gelagat
Jalal, segera bertanya padanya dengan bahasa kode mereka namun Jalal
hanya menggelengkan kepalanya dan kembali melakukan ritual puja. Tak
lama kemudian, mereka semua berdiri dan melakukan ritual aarti untuk
Dewi Kaali, sementara didalam hutan iblis, ritual ilmu hitam Laboni dan
Dammu mulai bekerja, burung burung riuh berkicau, mereka sangat senang
dan tertawa bahagia, dikuil Dewi Kaali, pendeta Badrinath berkata ke
Jalal “Yang Mulia, kamu harus memberikan sejumlah emas untuk
kesejahteraan” kemudian pendeta Badrinath memberikan dua bulu ekor merak
ke Jodha “Jodha, simpanlah ini di kamar Yang Mulia dan pangeran Salim,
lalu ingatkan mereka untuk makan Rai setiap pagi selama 3 bulan”
sementara itu didalam hutan iblis Dammu berkata ke Laboni “Setelah puja
berakhir, maka Jalal akan masuk dalam jebakkanmu, Laboni !” Laboni dan
Dammu masih terus melakukan ritual ilmu hitamnya sambil tersenyum senang
membayangkan Jalal dalam genggamannya, kembali di kuil Dewi Kaali,
Jodha melakukan tilak untuk Salim dan Jalal. Sinopsis Jodha Akbar episode 504 by Sally Diandra.
ARTIKEL TERKAIT Sinopsis ABAD KEJAYAAN