Sinopsis By #SALLYDIANDRA
Disebuah
bukit, Jalal & Phool masih berhadap-hadapan dgn perasaan mereka
masing-masing, Jalal merasa senang sedangkan Phool merasa ketakutan,
dari jauh Pangeran Pratap memperhatikan pertemuan Jalal & Phool,
kemudian Jalal mengenalkan dirinya pada Phool “Aku adalah yg Mulia Raja
Jalaludin Muhammad!” Phool & Pangeran Pratap terkejut mendengarnya,
Jalal berjalan terus menuju kearah Phool, Phool nampak sangat waspada
terhadap Jalal “Ini memang berlaku utkmu tapi jika kita hidup
bersama-sama maka kau akan berbicara dgn bahasa cinta dgnku, aku akan
membangun sebuah benteng yg sama persis dgn benteng Marwar utkmu tapi
pertama-tama kita harus saling mengenal satu sama lain” ujar Jalal penuh
semangat dgn tatapan cinta yg membara “Pangeran Pratap akan
membunuhmu!” ujar Phool sambil berjalan mundur perlahan-lahan sementara
Jalal terus mendekat kearah Phool, Jalal tersenyum sinis mendengar
ucapan Phool “Hari ini aku datang kesini dgn persiapan yg lengkap &
Pangeran Pratap akan dibunuh!” Phool semakin waspada terhadap Jalal yg
terus mendekat kearahnya, dari kejauhan Pangeran Pratap berteriak
memanggil nama Jalal, Jalal & Phool kaget ketika melihat kemunculan
Pangeran Pratap yg berlari kearah mereka, Phool merasa senang &
menangis haru, Phool segera mendekat kearah Pangeran Pratap memohon
perlindungan dgn mendekatkan tubuhnya didada Pangeran Pratap, Pangeran
Pratappun memeluknya perlahan, Jalal yg melihatnya terbakar api cemburu,
kemudian perlahan Pangeran Pratap meminta Phool utk menyingkir
dibelakangnya, Pangeran Pratap & Jalal saling berhadap hadapan utk
pertama kalinya sebagai seorang musuh
“Aku
tdak percaya apa yg kita lakukan kali ini, persahabatan atau
permusuhan” ujar Pangeran Pratap sambil menatap Jalal tajam “Aku sudah
tahu kalau kau adalah Pangeran Pratap & aku telah memutuskan utk
membunuhmu” ujar Jalal sengit sambil tak kalah menatap tajam kearah
Pangeran Pratap “Kita telah memainkan sebuah permainan ketika kita
berteman, sekarang biarkan kita menyelesaikannya”, “Baiklah, aku setuju”
Pangeran Pratap menyetujui usulan Jalal sambil mencabut pedangnya,
Phool menyingkir menjauh dari Pangeran Pratap, pertarunganpun tak
terelakkan antara Pangeran Pratap & Jalal, mereka berdua saling
menyerang dgn penuh kebencian satu sama lain, tak lama kemudian Ajabde
berlari mendekat kearah mereka, Phool merasa nyaman begitu ada Ajabde
namun tak berapa lama Gohar Jaan juga berlari menghampiri mereka sambil
mengeluarkan belatinya & melihat pertarungan antara Jalal &
Pangeran Pratap, hingga akhirnya Pangeran Pratap mampu mengalahkan Jalal
dgn melempar pedang Jalal, Jalal & Gohar kaget, Jalal segera
mendekat kearah Gohar & mencengkram lengan Gohar sambil mengacungkan
belati keleher Gohar “Lihat! Apa yg akan aku lakukan pada Gohar Jaan!”
Pangeran Pratap terkejut & tdak bisa berkutik kemudian melempar
pedangnya sendiri ketanah, namun tiba-tiba Jalal melepaskan
cengkramannya dileher Gohar Jaan, mereka berdua tersenyum puas melihat
Pangeran Pratap yg terpana menatap mereka
“Ya,
memang betul, Pangeran Pratap, Gohar Jaan ini adalah mata-mataku &
dia berusaha utk membunuhmu pada saat di Bijolia & sekarang kau akan
dibunuh!” ujar Jalal sengit “Aku sudah tahu semuanya dari awal &
aku tahu bahwa kau datang ke Bijolia itu utk aku” Gohar kaget begitu
mendengar ucapan Pangeran Pratap “Jika kau tahu kalau dia ini
mata-mataku lalu kenapa kau tdak membunuhnya?”, “Aku memang tdak
membunuhnya karena aku ingin tahu siapa yg berada dibelakangnya?
Ternyata kau, Jalal!” Pangeran Pratap & Jalal reflek mengambil
pedang mereka lagi & bersiap-siap utk bertarung kembali, Phool &
Ajabde segera menyingkir dari sana menjauhi mereka, Gohar Jaan bergegas
mengejar kedua putri raja itu, Gohar berteriak-teriak meminta Ajabde
& Phool utk segera berhenti hingga akhirnya mereka berada diujung
tebing, Phool & Ajabde sangat ketakutan “Ajabde, sekarang kita akan
pergi kemana lagi? Aku takut” ujar Phool cemas “Tenang, tenang, Phool,
Lal Baiji tdak melihat ini” Ajabde berusaha menenangkan sahabatnya itu,
tepat pada saat itu Gohar Jaan sudah sampai dibelakang mereka dgn nafas
yg terengah-engah
Sementara
itu Pangeran Pratap & Jalal masih terus bertarung dgn sengit hingga
akhirnya Pangeran Pratap mampu melumpuhkan Jalal dgn menghempaskan
kepala Jalal ditanah sambil berkata “Jika kau terlihat ditanahku maka
kau harus selalu menundukkan kepalamu!” ujar Pangeran Pratap marah,
Jalal tdak bisa berkutik ketika kepalanya digenjet oleh tangan Pangeran
Pratap, sedangkan Gohar Jaan yg saat itu bermaksud utk menangkap Ajabde
& Phool tiba-tiba terperosok & jatuh kedalam tebing, namun
untung saja kedua tangannya masih bisa memegang pinggiran tebing, Ajabde
& Phool kaget, Ajabde berusaha utk menyelamatkan Gohar Jaan dgn
memegang tangannya namun karena tubuh Gohar Jaan berat, Gohar Jaan
sendiri tdak mampu menahan tangannya lebih lama lagi akhirnya Gohar Jaan
jatuh kedalam tebing yg dalam, Ajabde berteriak memanggil Gohar Jaan
“Laaaaaallll Baaaaiiijiiiiii!!!!” Phool hanya bisa menangis &
tertegun melihat pemandangan didepannya, Ajabde juga menangis melihat
tubuh Gohar Jaan yg melayang jatuh kebawah tebing. Sinopsis Mahaputra Episode 207
Ditempat
Pangeran Pratap, Pangeran Pratap masih memegang kepala Jalal yg
terkapar ditanah, tak lama kemudian nampak rombongan Bhairam Khan datang
& menghampiri mereka, Bhairam Khan tdak percaya ketika melihat
Jalal mampu dikalahkan oleh Pangeran Pratap “Pangeran Prataaaapppp!!!”
Bhairam Khan berteriak marah kearah Pangeran Pratap “Sekarang aku akan
membunuhmu, Pangeran Pratap!” ujar Bhairam Khan sengit “Aku tdak tahu
kalau Afghanistan memberikan penghargaan padamu, Bhairam Khan!” ejek
Pangeran Pratap “Khan Baba, bunuh Pangeran Pratap!” bentak Jalal,
sejurus kemudian Pangeran Pratap & Bhairam Khan saling bertarung
satu sama lain kemudian prajurit Jalal menyerang Pangeran Pratap,
Bhairam Khan segera menghindar & berlari kearah Jalal yg masih
terkapar ditanah “Jalal, kau tdak apa-apa? Kau baik-baik saja kan?”
Bhairam Khan membantu Jalal berdiri, Jalal sangat marah & tdak
terima dikalahkan begitu saja oleh Pangeran Pratap, Pangeran Pratap
berhasil membabat habis prajurit Jalal, tinggal Bhairam Khan & Jalal
yg menghadapi Pangeran Pratap, tiba-tiba datang sepasukan Afghanistan
membantu Jalal, Bhairam Khan tersenyum senang karena kali ini dirinya
merasa mampu membunuh Pangeran Pratap, namun belum juga mereka bertarung
tiba-tiba datang pasukan Mewar dipimpin oleh Rawat Ji yg datang
membantu Pangeran Pratap, giliran Pangeran Pratap yg tersenyum senang
“Pangeran Pratap, kau tdak apa-apa?”, “Aku tdak apa-apa, Rawat Ji,
ayoooo kita hadapi mereka!” ujar Pangeran Pratap “Hidup Mewar! Hidup
Mewar!”
Pasukan
Mewar bertarung dgn pasukan Afghanistan, termasuk Jalal & Pangeran
Pratap juga Bhairam Khan & Rawat Ji, pertempuran mereka berjalan
sengit, ketika lengan Jalal tersayat pedang, Bhairam Khan segera
mengajak Jalal utk melarikan diri dari sana dgn kuda mereka, Pangeran
Pratap yg melihatnya merasa marah & berusaha mengejar Jalal namun
Rawat Ji segera mencegah Pangeran Pratap “Jangan! Jangan, pangeran!
Biarkan mereka pergi!”, “Apakah ayahku tahu kalau kau kesini, Rawat Ji?”
tanya Pangeran Pratap setelah dirinya tenang “Tdak, ayahmu tdak tahu,
saat ini ayahmu sedang sibuk mempersiapkan suatu acara” Pangeran Pratap
heran “Acara apa?”, “Penyambutan kepulanganmu ke Mewar, pangeran, Raja
Uday Singh sangat senang dgn acara ini & sangat sibuk
mempersiapkannya” Rawat Ji sedikit berbohong ke Pangeran Pratap
Dikerajaan
Mewar, semua ratu bangsa Rajput datang kebenteng Chittor bersama
putri-putri mereka, semua orang menyambut mereka dgn sukacita diiringi
oleh tarian & nyanyian serta dekorasi yg sangat meriah, Raja Uday
Singh & Ratu Jaywanta yg menyambut mereka juga sangat senang “Rana
Ji, aku sangat senang melihat semua putri raja yg datang & aku tdak
tahu siapa nanti yg akan menjadi pendamping hidup Pangeran Pratap?” ujar
Ratu Jaywanta sambil terus menyambut kedatangan para ratu Rajput satu
per satu, setelah semuanya berkumpul, Ratu Jaywanta menyapa para tamunya
& berkata “Pangeran Pratap akan datang besok, jadi silahkan saja
kalian menikmati apa yg kami sediakan utk kalian dibenteng Chittor” ujar
Ratu Jaywanta namun tiba-tiba terdengar suara terompet dari arah depan
pertanda ada seseorang yg penting yg datang
Ternyata
Pangeran Pratap memasuki benteng Chittor, semua orang menyambut
kepulangan Pangeran Pratap, Phool & Ajabde mengekor dibelakang
Pangeran Pratap, Ratu Jaywanta sangat terkejut ketika melihat kedatangan
Pangeran Pratap, Pangeran Pratap memohon restu ibunya & Ratu Sajja
yg juga ada disana “Ibu, aku merasa kalau aku memasuki benteng yg
berbeda” Ratu Jaywanta & semua orang yg hadir disana tersenyum
melihat Pangeran Pratap “Gangaur telah datang, Pangeran Pratap”, “Aku
tahu, ibu pasti berbohong padaku” Ratu Jaywanta yg tdak mampu menjawab
pertanyaan Pangeran Pratap langsung mengalihkan pembicaraan dgn meminta
pada Pangeran Pratap utk mengenalkan dua gadis yg datang bersama
Pangeran Pratap “Pangeran Pratap, siapa gadis-gadis yg cantik itu yg
datang bersamamu?” Pangeran Pratap akhirnya mengenalkan Ajabde &
Phool satu persatu kehadapan ibunya, Ratu Jaywanta nampak terkejut
ketika melihat Ajabde, anak sahabatnya Ratu Hansa Bai yg ternyata sudah
besar, Ratu Jaywanta juga nampak terkejut ketika Pangeran Pratap
menyebutkan kalau Phool berasal dari kerajaan Marwar, Ajabde & Phool
memohon restu pada Ratu Jaywanta
Dikoridor
istana, ketika Ratu Jaywanta & Ratu Sajja mengajak Ajabde &
Phool memasuki istana, mereka mendengar pembicaraan Raja Uday Singh dgn
para menterinya, nampaknya Raja Uday Singh sangat marah “Siapa yg telah
mengirimkan undangan tersebut ke Marwar?” bentak Raja Uday Singh marah
“Rana Ji, aku yg telah mengirimkan undangan itu” sela Ratu Jaywanta
“Maharani Jaywanta, jika putri Phool datang kesini maka aku akan sangat
marah!” bentak Raja Uday Singh sambil melihat kedua gadis yg bersama
Ratu Jaywanta, Phool & Ajabde kaget & takut mendengarnya,
kemudian Raja Uday Singh sedikit melunak & meminta maaf pada kedua
putri raja itu yg tak lain adalah Ajadde & Phool sambil bertanya
“Siapa mereka, Maharani Jaywanta?” Ratu Jaywanta nampak bingung namun
akhirnya mengenalkan mereka satu per satu “Ini putri Ajabde, anaknya
Raja Mamrat Ji dari Bijolia” Ajabde meminta restu pada Raja Uday Singh,
kemudian ketika Ratu Jaywanta hendak mengenalkan Phool, Phool
menggelengkan kepalanya, dgn bahasa tubuhnya Phool meminta Ratu Jaywanta
utk tdak menyebut namanya,
Tepat
pada saat itu Pangeran Pratap datang & memanggil ayahnya, Raja Uday
Singh sangat senang melihat kepulangan Pangeran Pratap, Pangeran Pratap
meminta restu ayahnya, Raja Uday Singh segera memeluk anak sulungnya
itu, Phool mendekat kearah Ratu Jaywanta “Maharani Jaywanta, aku mohon
sembunyikan indentitasku” ujar Phool cemas “Baiklah, aku akan mencoba
tapi aku tdak tahu sampai kapan aku harus menyembunyikan identitasmu
dari Maharaja Uday Singh" sementara itu Pangeran Pratap yg masih
kangen-kangenan sama ayahnya bertanya “Aku ingin bertanya beberapa
pertanyaan penting” ujar Pangeran Pratap, Pangeran Pratap bertanya
tentang patung Meera Maa pada kedua orang tuanya, Ajabde juga ikut
menimpali pembicaraan mereka “Pangeran Pratap, pergilah & ajaklah
Ajabde utk melihat patung Dewa Khrisna dikuil Meera Bai” Pangeran Pratap
merasa canggung dgn permintaan ibunya namun akhirnya Pangeran Pratap
& Ajabde pergi menuju kekuil Meera Bai yg terdapat dibenteng Chittor
sementara Phool diajak menuju kekamarnya oleh Ratu Sajja, ketika Phool
hendak pergi bersama para Ratu, tiba-tiba Raja Uday Singh bertanya pada
Phool “Oh iya, kau tadi, siapa namanya?” Phool & kedua ratu itu
nampak panik & bingung.
Next Episode di Sinopsis Mahaputra Episode 208